Oleh : KH. Dody El Hasyimi
Syaikhul Islam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf atau yang dikenal juga dengan Imam Nawawi menjelaskan di dalam kitabnya at-Tibyân fî Âdâb Hamalat al-Qurân :
Wabah, musibah, penyakit, semua datang dari Allah Subhanahu Wata’ala. Allah adalah pemilik seluruh kerajaan bumi dan langit, termasuk pembuat penyakit. Karena itulah, setiap Allah ciptaan penyakit dan wabah, Allah pasti siapkan obatnya. Tugas kita adalah berkhitiar.
HAMPIR seluruh umat Islam dari yang kecil sampai besar pasti mengenali Khalifah yang kedua, yaitu Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razakh bin Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyiy Al ‘Adawiy. Nasab Sayyidina Umar bertemu dengan nasab Nabi Muhammad ﷺ di Ka’ab bin Lu’ay. Beliau adalah salah satu bangsawan dan pemuka Quraisy, sebelum Islam bangsa Arab memilihnya sebagai penerang tatkala terjadi konflik. Atau perang sesama mereka atau dengan orang lain (baca: Tarikh wa Sirah wa Manaqib Amir al-Mukminin al-Faruq, karya Muhammad Ridha, hal.10).
Sebelumnya telah dibahas mengenai bolehnya menggunakan hadits dhaif untuk doa maupun dzikir, berdasarkan pernyataan para ulama, baik fuqaha dan muhadditsun. Dalam tulisan kali ini, pambahasan masih seputar penggunaan hadits dhaif dalam dzikir dan doa dalam tatanan praktik empat madzhab.
Generasi salaf adalah generasi terbaik umat ini. Shahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in dijamin langsung oleh Nabi saw sebagai generasi yang layak dijadikan teladan. Terutama dalam hal shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Mereka semua adalah wujud nyata ajaran Nabi saw dalam kehidupan.
"Establish Islam, Dhikr of Allah, War Against Riba"
Just another WordPress.com weblog
محافظة على قديم الصالح والا خذ بالجديد الا صلح
Sepenggal jejak dan pemikiran pada sisa hidup...
Janganlah melihat bentuk luarku, Tapi ambillah apa yang ada dalam tanganku. (Jalaluddin ar-Rumi)
Islam Nusantara
Danang Kuncoro Wicaksono
من يرد الله به خيرا يفقهه فى الدين Barang siapa yang Allah kehendaki kebajikan nescaya Allah beri faham tentang agama
Menyajikan duduk masalah apa adanya tanpa cenderung pada madzhab tertentu, aliran tertentu, organisasi tertentu, partai tertentu. Ber-aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, dengan mengedepankan metoda Fiqih Muqaran (membandingkan, pendapat para Fuqoha, Mujtahid, serta Imam Madzhab) mengikuti Qawaidul Ushuliyyah dan Qowaidul Fiqhiyyah
Mengkaji Salafy Wahabi
Kami sampaikan tanpa cinta dunia
للإرشاد والدراسة والتربية والدعوة والبحوث الاسلامية جعلها الله نافعا للعباد ولا سببا للعناد