KUBAH DI MAKAM PARA ULAMA SALAF

Posted: November 8, 2013 in STOP MENUDUH BID'AH !!, TAFSIR & QOUL ULAMA
Tag:
Foto Pemakaman Baqi Sebelum kubah-kubah dihancurkan

Foto Pemakaman Baqi Sebelum kubah-kubah dihancurkan

Bagi Wahabi makam ulama yang tinggi-tinggi dan memiliki kubah wajid dibongkar. Namun keanehan dari Wahabi ini bertolak belakang dengan realitas sejarah umat Islam sejak masa Salaf
Kubah Makam Para Sahabat.

Makam Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib di Uhud, sebelum di hancurkan

Makam Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib di Uhud, sebelum di hancurkan

وَأَمَّا اْلمَشَاهِدُ الْمَعْرُوْفَةُ الْيَوْمَ بِالْمَدِيْنَةِ فَمَشْهَدُ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ وَالْحَسَنِ بْنِ عَلِيّ وَمَنْ مَعَهُمَا عَلَيْهِمْ قُبَّةٌ شَامِخَةٌ قَالَ ابْنُ النَّجَارِ وَهِيَ كَبِيْرَةُ عَالِيَةُ قَدِيْمَةُ الْبِنَاءِ وَعَلَيْهَا بَابَانِ (خلاصة الوفا بأخبار دار المصطفى – ج 1 / ص 262)

“Adapun makam-makam yang terkenal saat ini di Madinah adalah makam Abbas bin Abdil Muthallib, makam Hasan bin Ali dan orang yang bersamanya. Diatas makam-makam mereka ada kubah yang tinggi. Ibnu an-Najjar berkata: Kubah itu besar, tinggi dan bangunan kuno, yang memiliki 2 pintu” (Khulashat al-Wafa 1/262).

Kubah Makam Sayidina Abbas

وَمَاتَ (الْعَبَّاسُ) سَنَةَ اثْنَتَيْنِ وَثَلاَثِيْنَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ عُثْمَانُ. وَدُفِنَ بِالْبَقِيْعِ. وَعَلَى قَبْرِهِ الْيَوْمَ قُبَّةٌ عَظِيْمَةٌ مِنْ بِنَاءِ خُلَفَاءِ آلِ الْعَبَّاسِ. (سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي – ج 2 / ص 97)
“Abbas (paman Rasulullah Saw) meninggal pada tahun 32 H. Disalati oleh Utsman, dimakamkan di Baqi’ dan diatas kuburnya ada kubah besar yang dibangun para Khalifah keluarga Abbas” (Siyar A’lam an-Nubala’ 2/97)

Syaikh al-Arnauth yang mentahqiq kitab tersebut berkata:

هَذَا كَانَ فِي عَصْرِ الْمُؤَلِّفِ أَمَّا اْلآنَ فَلَمْ يَبْقَ لَهَا أَثَرٌ.

“Kubah ini ada di masa muallif (al-Hafidz adz-Dzahabi). Sedangkan saat ini sudah tidak ada bekasnya”

Kubah Makam Sahabat Uqail

عُقَيْلُ بْنُ أَبِى طَالِبٍ الصَّحَابِى، رَضِىَ اللهُ عَنْهُ: تُوُفِّىَ فِى خِلاَفَةِ مُعَاوِيَةَ، وَقَدْ كُفَّ بَصَرُهُ، وَدُفِنَ بِالْبَقِيْعِ، وَقَبْرُهُ مَشْهُوْرٌ عَلَيْهِ قُبَّةٌ فِى أَوَّلِ الْبَقِيْعِ. (تهذيب الأسماء للحافظ النووي – ج 1 / ص 463)

“Uqail bin Abi Thalib, seorang sahabat. Wafat di masa khilafah Muawiyah, sungguh ia telah buta, dimakamkan di Baqi’, dan makamnya terkenal, diatasnya ada kubahnya di awal Baqi’” (Tahdzib al-Asma’ 1/463)

Kubah Makam Ibrahim Putra Rasulullah

وَدُفِنَ (اِبْرَاهِيْمُ) بِالْبَقِيْعِ، وَقَبْرُهُ مَشْهُوْرٌ عَلَيْهِ قُبَّةٌ (تهذيب الأسماء للحافظ النووي – ج 1 / ص 130)
“Ibrahim dimakamkan di Baqi’, makamnya terkenal, diatasnya ada kubahnya” (Tahdzib al-Asma’ 1/130)

Kubah Makam Zubair bin Awwam

حَوَادِثُ سَنَةَ سِتٍّ وَثَمَانِيْنَ وَثَلاَثِمِائَةٍ. فِي الْمُحَرَّمِ ادَّعَى أَهْلُ الْبَصْرَةِ أَنَّهُمْ كُشِفُوْا عَنْ قَبْرٍ عَتِيْقٍ، فَوَجَدُوْا فِيْهِ مَيِّتاً طَرِياً بِشَابِهِ وَسَيْفِهِ، وَأَنَّهُ الزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ، فَأَخْرَجُوْهُ وَكَفَّنُوْهُ وَدَفَنُوْهُ بِالْمَرْبَدِ، وَبَنَوْا عَلَيْهِ، وَعُمِلَ لَهُ مَسْجِدٌ، وَنُقِلَتْ إِلَيْهِ الْقَنَادِيْلُ وَالْبُسُطُ وَالْقُوَّامٌ وَالْحَفَظَةُ. قَامَ بِذَلِكَ اْلأَمِيْرُ أَبُوْ الْمِسْكِ. فَاللهُ أَعْلَمُ مِنْ ذَاكَ الْمَيِّتِ. (تاريخ الإسلام للحافظ الذهبي – ج 6 / ص 303)

“Kejadian-kejadian tahun 386 H. Di bulan Muharram, penduduk Bashrah mengaku bahwa mereka menemukan makam tua yang terbuka. Mereka mendapati janazah yang masih segar bugar dan pedangnya. Menurut mereka ia adalah Zubair bin Awwam. Lalu mereka mengeluarkannya, mengkafaninya, membangun makamnya, dibuatkan masjid, diberi lampu, tikar, perawat dan penjaga. Pendirinya adalah al-Amir Abu al-Misk. Allah yang mengetahui mayit tersebut” (Tarikh al-Islam 6/303)

Kubah Makam Ulama

Kubah Makam Imam Abu Hanifah

تُوُفِّيَ (اَبُوْ حَنِيْفَةَ) شَهِيْدًا مَسْقِيًّا فِي سَنَةِ خَمْسِيْنَ وَمِئَةٍ. وَلَهُ سَبْعُوْنَ سَنَةً، وَعَلَيْهِ قُبَّةٌ عَظِيْمَةٌ وَمَشْهَدٌ فَاخِرٌ بِبَغْدَادَ، وَاللهُ أَعْلَمُ. (سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي – ج 6 / ص 403)

“Abu Hanifah wafat sebagai syahid pada 150 H, usianya 70 tahun dan diatas makamnya ada kubah besar dan makam yang megah di Baghdad” (Siyar A’lam an-Nubala’ 6/403)
Di bagian lain al-Hafidz adz-Dzahabai berkata:

وَبَنَوْا عَلَى قَبْرِ أَبِي حَنِيْفَةَ قُبَّةً عَظِيْمَةًً (سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي – ج 18 / ص 314)

“Mereka membangun kubah besar di atas makam Abu Hanifah” (Siyar A’lam an-Nubala’ 18/314)

al-Hafidz Ibnu Katsir berkata:

سَنَةَ تِسْعٍ وَخَمْسِيْنَ وَأَرْبَعِمِاَئةٍ فِيْهَا بَنَى أَبُوْ سَعِيْدِ الْمُسْتَوْفِى الْمُلَقَّبُ بِشَرَفِ الْمَلِكِ مَشْهَدَ اْلإِمَامِ أَبِي حَنِيْفَةَ بِبَغْدَادَ وَعَقَدَ عَلَيْهِ قُبَّةً وَعَمِلَ بِإِزَائِهِ مَدْرَسَةً (البداية والنهاية للحافظ ابن كثير – ج 12 / ص 95)

“Pada tahun 459, Abu Said al-Mustahfa yang dibelari dengan Syaraf al-Malik membangun makam Abu Hanifah di Baghdad. Ia membuatkan kubah dan madrasah di dekanya” (al-Bidayah wa an-Nihayah 12/95)

Kubah Makam Qadli Iyadl

وَبُنِىَ عَلَيْهِ (الْقَاضِي عِيَاضٍ) قُبَّةٌ عَظِيْمَةٌ ذَاتَ أَرْبَعَةِ أَوْجُهٍ، وَأَلْزَمَ الْفُقَهَاءُ بِالتَّرَدُّدِ إِلَى هُنَاكَ لِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ لِيَشْتَهِرَ الْقَبْرُ. قَالَ لِي أَبُوْ عَمْرٍو: أَنَا جِئْتُ إِلَى الْقُبَّةِ الْمَذْكُوْرَةِ، وَدَعَوْتُ اللهَ تَعَالَى، فَاسْتَجَابَ لِي. وَاللهُ أَعْلَمُ. (سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي – ج 20 / ص 217)

“Dan makam Qadli Iyadl dibangunkan kubah besar persegi empat. Para ulama fikih bolak-balik berdatangan kesana untuk membaca al-Quran, untuk mempopulerkan makam. Abu Amr berkata kepada saya; Saya mendatangi kubah makam tersebut dan saya berdoa kepada Allah, lalu Allah mengabulkan untuk saya. Wallahu A’lam” (Siyar A’lam an-Nubala’ 20/217)

Kubah Makam Syaikh al-Karmani

وَمَاتَ رَاجِعاً مِنْ مَكَّةَ فِي سَادِسَ عَشَرَ الْمُحَرَّمِ بِمَنْزِلَةٍ تُعْرَفُ بِرَوْضٍ مِنْهَا، وَنُقِلَ إِلَى بَغْدَادَ فَدُفِنَ بِهَا، وَكَانَ أَعَدَّ لِنَفْسِهِ قَبْراً بِجِوَارِ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ الشَّيْرَازِي وَبُنِيَتْ عَلَيْهِ قُبَّةٌ (إنباء الغمر بأبناء العمر للحافظ ابن حجر – ج 1 / ص 112)

“Syaikh Muhammad bin Yususf al-Karmani (lahir 717 H). Ia wafat ketika kembali dari Makkah pada 16 Muharram di sebuat tempat yang dikenal dengan sebah taman, kemudian dipindah ke Baghdad dan dimakamkan disana. Ia telah menyiapkan makam untuk dirinya sendiri di dekat Abu Ishaq asy-Syairazi, dan dibangunkan sebuah kubah” (Iba’ al-Ghumr fi Abna’ al-Umr 1/112)

Kubah Makam Imam Syafii

وَقَالَ الْمُنْذِرِي: أَنْشَأَ الْكَامِلُ دَارَ الْحَدِيْثِ بِالْقَاهِرَةِ، وَعَمَّرَ قُبَّةً عَلَى ضَرِيْحِ الشَّافِعِي (سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي – ج 22 / ص 127)

“al-Kamil (seorang raja besar penguasa Mesir dan Syam tahun 576 H) tumbuh di Dar al-Hadis di Mesir. Ia membangun kubah makam asy-Syafii” (Siyar A’lam an-Nubala’2 2/127)

Kubah Makam Imam Syafii Wajib Dibongkar?

وَأَفْتَى جَمْعٌ شَافِعِيُّوْنَ بِوُجُوْبِ هَدْمِ كُلِّ بِنَاءٍ بِالْقَرَافَةِ حَتَّى قُبَّةِ إِمَامِنَا الشَّافِعِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ الَّتِي بَنَاهَا بَعْضُ الْمُلُوْكِ (فيض القدير – ج 6 / ص 402)

“Sekelompok ulama Syafiiyah berfatwa dengan wajibnya merobohkan setiap bangunan di Qarafah, hingga kubahnya imam kita, asy-Syafii radliallahu anhu, yang dibangun oleh sebagian raja” (Faidl al-Qadir 6/402)

Mengapa kubah makam Imam Syafii mau dibongkar? Apakah khawatir syirik? Bukan karena itu, namun karena tanah Qarafah di Mesir adalah tanah wakaf dari Sayidina Umar:

وَقَالَ فِي الْمَدْخَلِ فِي فَصْلِ زِيَارَةِ الْقُبُورِ : الْبِنَاءُ فِي الْقُبُورِ غَيْرُ مَنْهِيٍّ عَنْهُ إذَا كَانَ فِي مِلْكِ الْإِنْسَانِ لِنَفْسِهِ وَأَمَّا إذَا كَانَتْ مُرْصَدَةً فَلَا يَحِلُّ الْبِنَاءُ فِيهَا ، ثُمَّ ذَكَرَ أَنَّ سَيِّدَنَا عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَعَلَ الْقَرَافَةَ بِمِصْرَ لِدَفْنِ مَوْتَى الْمُسْلِمِينَ وَاسْتَقَرَّ الْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ وَأَنَّ الْبِنَاءَ بِهَا مَمْنُوعٌ (مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل – ج 5 / ص 468)

Akan tetapi makam Imam Syafii terletak di rumah murid beliau, bukan di area tanah wakaf:

وَقَدْ أَفْتَى الْعِزُّ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ بِهَدْمِ مَا فِي الْقَرَافَةِ ، وَيُسْتَثْنَى قُبَّةُ الْإِمَامِ لِكَوْنِهَا فِي دَارِ ابْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ ا هـ (حاشية البجيرمي على الخطيب – ج 6 / ص 156)

Dan sungguh Izzuddin bin Abdissalam berfatwa untuk merobohkan kubah makam yang ada di Qarafa. Kecuali kubahnya Imam asy-Syafii sebab kubah tersebut berada di rumah Ibnu Abdil Hakam” (Hasyiah Bujairimi ala al-Khathib 6/156)

Makam Ulama Yang Memiliki Kubah Tak Terhitung Jumlahnya

Apa yang saya tulis disini hanya sebagian kecil dari kitab-kitab Tarikh, belum mencantumkan kitab-kitab lain seperti an-Nur as-Safir karya Syaikh al-Aidrus, Simth an-Nujum karya Syaikh al-‘Ishami, Khulashat al-Atsar karya Syaikh al-Muhibbi, al-Kawakib as-Sairah karya Syaikh Najmuddin al-Ghazi, Mir’at al-Jinan karya Syaikh al-Yafi’i, Bughyat ath-Thalab fi Tarikhi Halb karya Syaikh Ibnu al-Adim, dan sebaginya.

Lalu siapakah yang pertama kali yang membangun kubah di kuburan?

قَالَ مَالٍكٌ: أَوَّلُ مَنْ ضَرَبَ عَلَى قَبْرٍ فُسْطَاطًا عُمَرُ، ضَرَبَ عَلَى قَبْرِ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ زَوْجِ النَّبِىِّ، – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – (شرح ابن بطال – ج 5 / ص 346)
“Malik berkata: Orang yang pertama kali membangun kubah diatas kuburan adalah Umar. Ia membangun kubah di atas makam Zainab binti Jahsy, istri Nabi Saw” (Syarahal-Bukhari karya Ibnu Baththal, 5/346)

Padahal Sayidina Umar adalah salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga dan Amir al-Mu’minin atau Khalifah kedua. Apakah yang dilakukan Sayidina Umar adalah bid’ah yang sesat?

Nisan Makam Yang Dibalut / Ditutup Dengan Kain

Semalam di Masjid Darul Barakah BDC Kuching Sarawak, Malaysia, ada yang bertanya tentang hukum nisan makam yang ditutup atau diikat dengan sejenis kain seperti surban, apakah diperbolehkan? Saya menjawab terlebih dahulu dengan beberapa makam ulama kita di Indonesia yang memiliki kesamaan dengan ini, misalnya makam Syaikhona Khalil Bangkalan, juga makam Kyai Jazuli Utsman Ploso Kediri (tempat saya mencari ilmu), dan makam wali-wali lainnya.

Masalah ini hukumnya diperbolehkan, dengan mengambil kesimpulan dari fikih Syafiiyah yang dikutip oleh ulama Al-Azhar Syakh Sulaiman Al-Jamal yang mensyarah kitab Fathul Wahhab karya Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshari:

ﻭﻣﻨﻪ اﻟﻮﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﺗﺰﻭﻳﻖ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﺩﻭﻥ اﻟﻮﻗﻒ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﺘﻮﺭ ﻟﻠﻜﻌﺒﺔ ﺃﻭ ﻟﻘﺒﻮﺭ ﻣﻦ ﺗﻄﻠﺐ ﺯﻳﺎﺭﺗﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭاﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻓﻴﺼﺢ

“Diantara wakaf yang tidak sah adalah wakaf untuk menghias masjid (dengan sepuhan emas), BUKAN wakaf untuk membuat kain penutup ka’bah atau makam para ulama dan salihin yang diharapkan untuk diziarahi, maka hukum wakafnya adalah sah” (Hasyiah Al-Jamal 3/579)

Di bagian redaksi lain, penjelasan menutup makam dengan kelambu atau sebagian makam saja dihukumi haram, jika kain penutupnya adalah kain sutra.

foto-makam-rasulullah-shalla-allahu-alaihi-wa-sallam

*Foto makam Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama juga ditutup dengan kain

Dibawahnya dimakamkan jasad kekasih Allah swt (Nabi Muhammad saw)

Dibawahnya dimakamkan jasad kekasih Allah swt (Nabi Muhammad saw)

FATWA KONTROVERSIAL ULAMA SALAFY AKHIR ZAMAN

Upaya Penghancuran Kubah Makam Nabi Muhammad saw

Syekh Shaleh Al-Ushaimi berkata:

Sesungguhnya berdirinya kubah tersebut selama delapan abad, bukan berarti dia dibolehkan. Juga bukan berarti jika didiamkan bermakna setuju atau dalil membolehkan. Seharusnya penguasa umat Islam menghilangkannya, dan mengembalikan kondisinya seperti waktu kenabian, yaitu dengan menghilangkan kubah, hiasan dan dekorasi dalam masjid. Terutama pada Masjid Nabawi, jika hal itu tidak berdampak fitnah yang lebih besar. Akan tetapi, jika berdampak fitnah lebih besar, maka penguasa (harus) berhati-hati disertai keinginan kuat (untuk menghancurkannya) jika memungkinkan.  (Bida Al-Qubur, Anwa’uha Wa ahkamuha, hal.253)

Ditulis oleh: ust Ma’ruf Khozin

Tinggalkan komentar